PENDAHULUAN
Dalam
makalah ini akan dipaparkan tentang cabang-cabang falsafat, khususnya pada
epistemologi yang akan berusaha menjawab bagaimana proses yang memungkinkan pengetahuan
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu
sendiri? Apakah kriterianya? Cara apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?.
Perkembangan
ilmu pengetahuan sudah melenceng jauh
dari hakikatnya, dimana ilmu pengetahuan bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan menciptakan
tujuan hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan
normatif dalam penggunaan ilmu pengetahuan serta dituntut tanggung jawab sosial
ilmuwan dengan kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa
tercapai.
Jadi untuk
membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang
terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali
berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni dan agama serta meletakkan
mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita.
Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka bukan saja kita
dapat memanfaatkan kegunaanya secara maksimal namun kadang kita salah dalam
menggunakannya.
PEMBAHASAN
Epistemologi
a. Pengertian
Epistemologi
berasal dari bahasa yunani yaitu episteme
berarti pengetahuan dan logos berarti
ilmu. Epistemologi berarti cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat,
dan jenis pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang
filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian,
dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki
mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai
realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandaiakan begitu saja bahwa pengetahuan
mengenai kodrat itu mungki, meskipun beberapa di antara mereka menyarabkan
bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari
sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang
diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
1.
Metode
Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
2.
Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
3.
Metode
Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857).
Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui.
Masalah
epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan.
Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan
bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita
mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui
hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui.
b.
Hakikat Epistemologi
Jika kita membahas tentang hakikat
epistemologi maka terasa sangat lah sulit, karena epistemologi hanya
berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya
yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya.
“Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah
masalah-masalah sentral epistemologi,
tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Oleh karena itu, epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun objeknya
tidak merupakan ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek
penyelidikannya. Dalam epistemologi
terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya.
Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis
dan analitis.
Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa
dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M. Honer dan Thomas C.Hunt
yang menilai, epistemologi
keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi. Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu
bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit, sebab epistemologi menjangkau
permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri,
sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu,
pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan
ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu
saja, maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap
pengetahuan dirasakan sebagai upaya untuk melebihi takaran minat kita.
Luasnya jangkauan epistemologi ini menyebabkan objek pembahasannya sangat detail. Metodologi misalnya
telah digabungan secara teliti dengan epistemologi
dan logika. Sementara itu, logika itu sendiri patut dipertanyakan, apakah
logika itu bagian dari epistemologi,
diluar epistemologi sama sekali,
atau sekedar memiliki persentuhan yang erat dengan epistemologi. Ada yang menyatakan, bahwa posisi logika berada
diluar ontologi, epistemologi
dan aksiologi. Di samping itu, epistemologi
tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa lepas dari ontologi
dan aksiologi. Menurut, Jujun S. Suriasumatri, bahwa persoalan utama yang
dihadapi oleh tiap epistemologi
pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar
dengan memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Dalam
pemahaman yang sederhana epistemologi
memiliki interrelasi (saling berhubungan dengan komponen lain, ontologi dan
aksiologi).
c.
Kegunaan Epistemologi
Epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti
sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bisa memetakan, apa
yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya; apa yang
mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin diketahui tetapi lebih
baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa
dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak
semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada objek-objek tertentu
yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga tidak perlu diketahui,
meskipun memungkinkan untuk diketahui. Ada juga objek yang benar-benar
merupakan misteri, sehingga tidak mungkin bisa diketahui.
Epistemologi ini juga bisa
menentukan cara dan arah berpikir manusia. Seseorang yang senantiasa condong
menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari teori yang bersifat umum menuju
detail-detailnya, berarti dia menggunakan pendekatan deduktif. Sebaliknya, ada
yang cenderung bertolak dari
gejala-gejala yang sama, baru ditarik kesimpulan secara umum, berarti dia
menggunakan pendekatan induktif. Adakalanya seseorang selalu mengarahkan
pemikirannya ke masa depan yang masih jauh, ada yang hanya berpikir berdasarkan
pertimbangan jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan
kencenderungan melihat ke belakang, yaitu masa lampau yang telah dilalui.
Pola-pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang. Kita
terkadang menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis, sebab
jangkauan berpikirnya adalah masa depan. Tetapi terkadang kita jumpai seseorang
dalam melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia, karena jangkauan berpikirnya yang
amat pendek, jika dilihat dari kepentingan jangka panjang, maka tindakannya itu justru merugikan.
Epestemologi juga berguna untuk menafsir dan
membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahi kenyataan yang lain
dari diri sendiri. Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional,
sedangkan usaha untuk membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris. Hal ini
juga bisa dikatakan, bahwa usaha menafsirkan berkaitan dengan deduksi,
sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan induksi. Gabungan kedua macaram
cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah.
Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi, maka menimbulkan
pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan
dari epistemologi yang sama-sama
berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme dengan empirisme, atau deduktif
dengan induktif), dan di sisi lain berarti hakikat epistemologi itu bertumpu pada landasannya, karena lebih
mencerminkan esensi dari epistemologi.
Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa epistemologi itu memang rumit sekali, sehingga selalu membutuhkan
kajian-kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius.
d.
Pendapat Para Ahli
Masa plato dan
aristoteles
Plato dapat dikatakan sebagai filosof pertama yang
secara jelas mengemukakan epistemologi dalam filsafat, meskipun ia belum
menggunakan secara resmi istilah epistemologi ini. Filosof Yunani berikutnya
yang berbicara tentang epistemologi adalah Aristoteles. Ia murid Plato dan
pernah tinggal bersama Plato selama kira-kira 20 tahun di Akademia. Pembahasan
tentang epistemologi Plato dan Aristoteles akan lebih jelas dan ringkas kalau
dilakukan dengan cara membandingkan keduanya, sebagaimana tertuang pada table
di bawah ini.
Tabel komparasi epistemologi Plato
dan Aristoteles
Topik Pemikiran
|
Plato
|
Aristoteles
|
Pandangan tentang dunia
|
Ada 2 dunia: dunia
ide & dunia sekarang (semu)
|
Hanya 1 dunia: Dunia nyata
yang sedang dijalani
|
Kenyataan yang sejati
|
Ide-ide yang berasal dari
dunia ide
|
Segala sesuatu yang di
alam yang dapat ditangkap indra
|
Pandangan tentang manusia
|
Terdiri dari badan dan
jiwa. Jiwa abadi; badan fana (tidak abadi).
Jiwa terpenjara badan.
|
Badan dan jiwa sebagai
satu kesatuan tak terpisahkan.
|
Asal pengetahuan
|
Dunia ide. Namun tertanam
dalam jiwa yang ada dalam diri manusia.
|
Kehidupan sehari-hari dan
alam dunia nyata
|
Cara mendapatkan
pengetahuan
|
Mengeluarkan dari dalam
diri (Anamnesis) dengan metoda bidan
|
Observasi dan abstraksi,
diolah dengan logika
|
PENUTUP
Kesimpulan
Epistemologi
adalah suatu ilmu pengetahuan yang berusaha menjawab bagaimana proses penimbaan
pengetahuan yang berupa ilmu tersebut dan apa yang harus kita ketahui agar bisa
mendapatkan pengetahuan yang benar. Epistemologi juga sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan
rasionalisme dengan empirisme, atau deduktif dengan induktif), dan di sisi lain
berarti epistemologi itu bertumpu pada landasannya, karena lebih
mencerminkan esensi dari epistemologi. Dalam pemahaman yang sederhana juga epistemologi memiliki interrelasi
(saling berhubungan dengan komponen lain, ontologi dan aksiologi).
Sumber :
Jujun S.
Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996.
Prof. Dr. H.
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu,
Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001.
Louis O.
Kattsouff, Pengantar filsafat, Tiara
Wacana, Yogjakarta
Sidi
Gazalba, Sistematika filsafat II,
Yogjakarta, 1995.
suparmanhttp://www.blogger.com/profile/03249547895308622683noreply@blogger.com
Âmuzesy-e Falsafeh, Ustadz Ayatullah Misbah Yazdi
Ma'rifat
Syinâsi dar Qur'ân, Ustadz Ayatullah Agâ Jawadi Amuli
Berbagai
referensi dari internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar