Laman

Senin, 09 April 2012

Filosofi Kepelatihan : ” Athlete First Winning second & Winning First Athlete Second “


PENDAHULUAN

Pada pembahasan berikut ini kami akan mengemukakan bagaimana seorang pelatih dan atletnya menghadapi sebuah pertandingan dengan tuntutan kemenangan atau megutamakan atletnya terlebih dahulu, dua pokok pembahasan ini merupakan dua pokok pembahasan yang berbeda, namun berhubungan sangat erat.
Kemenangan adalah hal yang paling dimimpikan oleh seorang atlet dan seorang pelatih, dengan kemenangan maka semua hal yang dilakukan oleh keduanya terutama saat latihan terbayar lunas dengan diraihnya kemenangan. Mereka menganggap saat memenangkan suatu kemenangan maka egoistis dari dalam dirinya muncul. Akan tetapi tak semua pelatih dan atlet yang hanya semata-mata bertanding hanya untuk meraih kemenangan, akan tetapi mereka bertanding hanya semata-mata untuk menunjukkan kemampuannya yang paling maksimal kepada para lawan-lawannya. Hal semacam ini jelas menunjukkan bahwa pelatih tersebut melatih anak latihnya dengan prinsip atlet pertama kemenangan kedua.




PEMBAHASAN


A.    ATHLETE FIRST WINNING SECOND

Pada pelatihan olahraga ada beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain ada yang berorientasi kemenangan, kesenangan, dan ada yang berorientasi untuk meningkatkan kemampuan fisik, psikis maupun sosial. Adanya perbedaan orientasi inilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh pelatih terhadap atlet selama proses pelatihan berlangsung.
American Coaching Effectiveness Program memiliki motto “Athletes first, winning second” yang biasa dipakai sebagai landasan filosofi bagi para pelatih dalam menjalankan tugasnya (Martens, 1990:5). Atlet pertama kemenangan kedua berarti bahwa setiap keputusan yang dibuat oleh pelatih akan selalu mempertimbangkan apa yang terbaik untuk atlet atau demi kepentingan atlet, dan yang ke dua untuk memperoleh kemenangan. Motto tersebut tidak berarti bahwa kemenangan itu tidak penting, tetapi kemenangan itu sepenting perkembangan atlet. Artinya, perkembangan atlet lebih diutamakan dari pada kemenangan itu sendiri. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh pelatih yang menganut faham tersebut yaitu:
  1.       Tidak akan memaksakan atlet yang sedang cedera untuk tampil dalam pertandingan sampai selesainya program rehabilitasi.
  2.      Merasa bangga bila atlet dapat mengeluarkan seluruh kemampuannya tanpa mempedulikan hasil pertandingan, dan akan merasa kecewa bila atlet-atletnya tidak mampu menunjukkan usaha yang maksimal selama pertandingan.
  3.      Memberi tanggung jawab yang besar kepada atlet dengan cara memberi kesempatan untuk membuat keputusan-keputusan yang menyangkut penentuan program latihan dan mengkaitkannya dengan pengembangan kepribadian secara menyeluruh.
  4.       Selalu memperhatikan kehidupan atlet dan membuka diri untuk mengadakan komunikasi.
Sedangkan bila kemenangan menjadi fokus utama, pelatih hanya akan mengerjakan hal-hal yang terbaik bagi atlet sepanjang tidak mengganggu tujuan utama yaitu untuk meraih kemenangan. Pelatih akan selalu memaksakan kehendak kepada atlet dan lingkungannya asalkan tujuan memperoleh kemenangan dapat terwujud. Untuk itu keselamatan atlet, perkembangan atlet dan hubungan inter personal menjadi kurang mendapat perhatian. Oleh sebab itu dalam kompetisi berusaha untuk menang dalam batas-batas sportivitas seharusnya merupakan tujuan setiap atlet dan pelatih. Berusaha keras untuk memenangkan pertandingan merupakan inti untuk dapat menikmati kompetisi dalam olahraga.
Kemenangan bukanlah segalanya, tetapi berusaha keras untuk menang itulah esensinya. Banyak mantan atlet mengatakan bahwa kenangan yang terindah bukan pada saat merayakan kemenangan, tetapi persiapan latihan yang dijalani selama berbulan-bulan, antisipasi pada pertandingan yang akan dilakukan dan rahasia pribadi sebelum dan selama kompetisi. Oleh karena lamanya persiapan untuk mengikuti pertandingan 99%, sedangkan kompetisi hanya 1%.
Beberapa pelatih mengalihkan pusat perhatiaannya dari sekedar untuk mencari kemenangan secara berangsur-angsur berubah menjadi memfokuskan perhatiannya pada perkembangan atlet. Perkembangan seseorang sebagai atlet dan individu dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pelatihannya. Pada situasi ini pelatih akan merasa berhasil bila atlet yang dibinanya tingkat kualitas kondisi fisik, teknik, dan taktiknya meningkat, memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu mengontrol emosi, memiliki disiplin dan kemandirian yang cukup tinggi, dapat bekerja sama dengan orang lain serta memiliki tingkah laku yang tepat walaupun tidak juara. Dengan kata lain, selama proses berlatih melatih orientasi utamanya adalah mengungkapkan dan meningkatkan potensi atlet secara menyeluruh. Artinya, terjadi peningkatan seluruh aspek pribadi manusia, yaitu:
1.      Mahluk tuhan
2.      Mahluk sosial
3.      Sehat rohani, dan
4.      Jasmani


B.     WINNING FIRST ATHELETE SECOND

Pada filosofi ini pelatih lebih mementingkan sebuah kemenangan ketimbang atletnya. Disini pelatih lebih menganut gaya otoriter dalam melatih anak latihnya, sehingga kondisi atlet tidak dimengerti oleh seorang pelatih. Pelatih seharusnya tahu bagaimana kondisi anak latihnya terutama pada saat kompetisi, jika atlet cedera atau tidak fit dalam suatu kompetisi, disinilah peran seorang pelatih yang sangat mengetahui kondisi atletnya supaya tidak diturunkan untuk bertanding.
Pelatih yang lebih mementingkan sebuah kemenangan dari pada atletnya adalah sosok pelatih yang bisa membunuh karir atletnya dalam jangka panjang, terutama pada atlet yang masih muda bisa mengalami spesialisasi dini. Faham ini seharusnya tidak diterapkan oleh seorang pelatih, karena lebih banyak resikonya terhadap atlet yang masih berkembang.




PENUTUP


KESIMPULAN
             
Dalam pertandingan kemenangan bukanlah semata-mata hal yang segalanya, walaupun seorang pelatih dan atletnya sangat mengimpikan kemenangan tetapi tak semua pelatih juga yang mengutamakan kemenangan, mereka melatih anak latihnya semata-mata hanya lah untuk mempertimbangkan apa yang terbaik untuk atletnya atau demi kebaikan atletnya terlebih dahulu. Mereka lebih senang melihat atletnya mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya tanpa memikirkan kemenangan sehingga membuat mereka terbeban, dengan demikian atletnya akan terus berkembang dengan semua kemampuan terbaiknya, hal semacam ini akan menunjukkan sosok pelatih yang menganut motto atlet pertama kemenangan kedua, bukan berarti tidak mementingkan sebuah kemenangan itu sendiri.




Sumber :
 http://www. org yusovolley.
http://blog-indonesia.com/blog-archive-7604-235.html

Tidak ada komentar: